Kamis, 27 Oktober 2011

Dampak Gagalnya Alih Fungsi Lahan

sumber : Google
Terhitung mulai pertengahan bulan Oktober ini, BMKG telah menganalisis sebesar 38 % Zona Musim (ZOM) di berbagai tempat di Indonesia mulai memasuki musim penghujan.
Sementara itu prediksi dari beberapa badan pengamat cuaca internasional tentang musim hujan tahun 2011 – 2012 sungguh membuat hati kita prihatin sekaligus mengencangkan kewaspadaan lebih dalam lagi, karena menurut pengamatan mereka probabilitas turunya hujan di atas ambang batas,adalah sebesar 70 % terjadi di Indonesia. Pada tingkat curah hujan yang normal saja kita sering direpotkan dengan banjir, bahkan kita cenderung menyatakan bahwa banjir disertai bandang adalah karakter alam yang akrab dengan kita semenjak terjadi kerusakan alam, beberapa diantaranya adalah kebakaran dan kegagalan alih fungsi hutan, reklamasi pantai dan pengambilan air tanah yang berlebihan, pembuangan gas limbah ke atmosfer yang tiada ampun.
Kita tidak bisa lagi terus menerus memincingkan mata lagi bila hutan yang ada di blantika nusantara ini hanya tinggal 13 %, dengan demikian sedikit banyaknya 87 % lahan di Indonesia ini, sudah tidak mampu lagi menahan air tanah dalam waktu lama . Maka wajar saja bila “bencana banjir bandang” selalu hadir pada musim hujan di beberapa tempat di Indonesia. Setiap hati masyarakat Indonesia pasti tidak menghendaki bencana alam seperti yang terjadi di Pakistan tahun 2010 silam. Negara berkembang itu telah dilanda banjir bandang terparah dalam sejarah, hal ini karena sebanyak 14 juta warganya menderita akibat banjir tersebut. Jumlah ini sungguh menakjubkan dan sebanding dengan korban bencana tsunami yang menyerang Samudra Indonesia Tahun 2004, bencana gempa bumi di Kashmir Th 2005 dan gempa bumi di Haiti 2010 silam. 
Dampak lainnya yang timbul dari fenomena tersebut di atas,adalah minimnya air sawah yang berperan dalam pendukung tumbuhnya tanaman pangan. Maka kita sekarangpun dihadapkan pada krisis beras hinggan Maret 2012 nantinya. Karena stok beras yang ada di Bulog tinggal 1,7 juta ton , yang hanya bisa dikonsumsi hingga akhir tahun ini. Padahal memasuki pertengahan Bulan Oktober silam harga beras konsumsi umum (C4 ) telah menembus angka 8000 Rupiah/kg di wilayah Semarang.
Kita jangan terburu buru menyatakan kita telah mengalami “krisis pangan” pada Bulan Januari hingga Maret 2012, karena kita masih memiliki alternatif lainya untuk mengatasi masalah ini, yaitu dengan mengimport beras dari luar negeri. Naun setidak tidaknya kita bersama sama mulai menyiapkan landas pacu untuk memulai mengatasi ini semua. Mulai dengan pelestarian dan penertiban alih fungsi hutan, penertiban pemakaian air tanah, rehabilitasi saluran irigasi yang mangkrak dan lain sebagainya.
sumber : Google
Menurut laporan Biro Pusat Statistik (2011) kita masih memiliki lahan kritis seluas 895.000 ha, yang sebenarnya bisa kita alih fungsikan sebagai lahan yang subur dengan tehnologi pertanian yang handal. Hal ini cukup beralasan,lantaran kita tidak mungkin lagi mengandalkan segala sesuatu dengan bangsa lain. Karena sungguh suatu hal yang kontrovrsi bahwa kita adalah negara agraris, yang cukup mendapatkan curah hujan, tetapi dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan kita masih kocar kacir. Seharusnya kita sudah memulai menjadi negara pengekspor beras, bila dihadapkan pada sumber daya alam yang melimpah. Bukankah hal ini tidak mungkin kita lakukan terus menerus.
Mengencangkan pinggang lebih kencang lagi adalah “way of life “ kita yang sesuai dengan visi SBY yang dicanagkan dengan “Indonsia Bisa”, apabila kita masih kedodoran dalam hal ini, maka sebenarnya kita hanya mampu berikrar di mulut saja.(Dari berbagai sumber).