Gunung Tambora terletak
di Pulau Sumbawa, Propinsi
Nusa Tenggara Barat, tepatnya terletak pada koordinat 8 o 15 ‘ LS dan
118 o BT . Gunung
ini terletak di dua kabupaten yaitu Dompu dan Bima, dengan ketinggian kala itu
yang mencapai 4.300 m dpl, maka gunung ini pernah menjadi gunung yang tertinggi
di Nusantara. Ketinggian yang dicapai oleh gunung tersebut dikarenakan
terjadinya proses pengeringan magma yang berada di dapurnya, yang berukuran
sangat luas.
Tambora terletak 340 km sebelah utara palung magma Jawa dan 180-190 km di
atas zona subduksi. Secara geologis gunning ini terletak di sisi utara dan
selatan kerak oseanik. Kala gunung ini menambah ketinggianya, maka dapur magma
terbentuk dan mengosongkan isi dapur tersebut. Karena aktifitas ini maka
terbentuklah Pulau Pulau Mojo dan Teluk Saleh yang dahulunya adalah sebuah
cekungan samudra.
Sejak Bulan April 1815 aktifitas gunug ini meningkat dan mencapai puncaknya dan
pada tahun tersebut meletuslah Gunung Tambora. Suara letusannya
terdengar hingga Sumatra dan menyemburkan debu hingga Kalimantan, Sulawesi,
Jawa dan Maluku. Latusan ini menyebabkan korban tewas langsung sebanyak 11.500
jiwa dan 71.000 tewas karena kelaparan karena gagal panen.
Gunung Tambora mengalami masa tidur berabad-abad sebelum tahun 1815, dalam
masa itu larutan padat dari cairan magma bertekanan tinggi terbentuk dalam
dapur magma yang berkedalaman 1,5 – 4,5 km. Tekanan magma tersebut telah
mencapai 4 kbar dengan temperature 700 °C-850 °C. Pada tahun 1812. Pada
tanggal 5 April 1815 kaldera Gunung Tambora mulai bergemuruh dan menghasilkan
awan hitam. Suara gemuruh kaldera tersebut terdengar hingga Makasar, Jakarta
dan Pulau Jawa. Saat itu semua warga mengira hanya sebuah suara meriam.
Pada tanggal 6 April abu vulkanik mulai jatuh di Jawa Timur sementara itu suara gemuruh terdengar hingga
tanggal 10 April 1815. Pada pukul 7 malam tanggal 10 April letusan gunung
semakin kuat. Terjadi tiga jakur api yang bergabung, sehingga seluruh gunung
hanya terliah api. Batuan apung sebasar 20 cm mulai menghujani pada pukul 8
malam, diikuti dengan abu pada pukul 9 – 10 malam tsunami besar menyerang pantai beberapa
pulau di Indonesia pada tanggal 10 April, dengan ketinggian di atas 4 m di
Sanggar pada pukul 10:00 malam. Tsunami setinggi 1-2 m dilaporkan
terjadi di Besuki, Jawa Timur sebelum tengah malam dan tsunami
setinggi 2 m terjadi di Maluku.(Laporan Thomas Stamford Raffles dan beberapa sumber).
Dengan menerapkan tehnik radiocarbon, diketahui bahwa Tambora telah meletus
sebanyak tiga kali sebelum letusan utama Tahun 1815. Tiga letusan tersebut
memiliki karakteristik yang sama dimana terjadi di puncaknya dan pada letusan
yang ketiga tidak dibarengi dengan aliran piroklastik.
Sejak tahun 1812 Gunung Tambora menjadi lebih aktif dari biasanya dan
mencapai puncaknya pada tahun 1815. Besar letusan tersebut mencapai skala 7
pada Volcanic Explosivity Index (VEI) dengan menyemburkan tefrit sebesar 1.6 × 1011 meter
kubik yang menyebabkan sebuah Mega Tsunami, korban jiwa, kerusakan tanah,
runtuhnya kaldera dan lenyapnya Kerajaan Tambora.
Setelah letusan utama, pada tahun 1819 terjadi beberapa letusan letusan
kecil yang hanya bernila 2 pada skala VEI, tetapi hanya terjadi di kalderanya,
sehingga membentuk kawah baru yang disebut kawah baru bernama Doro Api Toi
di dalam kaldera
Letusan
Gunung Tambora ini mengakibatkan kerusakan iklim dunia. Karena selama Tahun
1816 tidak pernah terlihat sinar matahari satu haripun. Masyarakat dunia
menyebut tahun tersebut sebagai
the "Year Without a
Summer".
Gunung Tambora , seperti juga Gunung Merapi di Jateng termasuk type gunung Stratovolcano
atau juga disebut gunung komposit. Type gunung ini dapat dilihat dengan
ciri bentuk yang mengerucut. Bentuk kerucut disebabkan karena aktifitas gunung
ini relative tinggi dengan larva yang dikeluarkan lebih kental dan lebih cepat
mendingin sebelum menyebar ke daerah sekeliling gunung tersebut. Kekentalan
larva guung ini karena kandungan silikat yang tinggi.
Di bumi ini ketinggian gunung stratovolcano bisa mencapai lebih dari 2500
M. Gunug ini dihasilkan dari Subduksi Lempeng Tektonik ( Subduction Zone ). Subduction
Zone adalah tempat pertemuan / tumbukan dua lempengan
bumi. Biasanya lempengan yang bertumbuhan adalah oceanic dengan continental
( daratan ). Hal ini menimbulkan
akibat salah satu lempengan akan terangkat atau tenggelam di bawah daratan, dan
akan mengakibatkan sebuah cekungan yang dalam dan terisi magma.
Selain Gunng
Tambora dan Merapi, gunung gunung di muka bumi ini yang bertype stratovolcano,
adalah :
·
Aragtis,
Armenia
Gunung Pulau
Barren di Kepulauan Andaman India.
Beerenberg
Cotopaxi di
Ekuador
·
Elbrus dan
Kazbek Kaukasus Rusia
·
Etna di
Italia
·
Fuji di
Jepang
·
Hood di
Oregon Amerika
·
Vesuvius di
Italia
·
Lanini di
perbatasan Argentina dan Chili
·
Mayon di
Filipina
·
El Misti,
Peru dsb. (Dari berbagai sumber ).